Selasa, 30 April 2013

Sistem Reproduksi pada Manusia


Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon estrogen.

1. Sistem Reproduksi Pria


a. Testis (buah zakar)
Jumlah 1 pasang, terdapat dalam kantong pelindung yang disebut skrotum. Testis berfungsi menghasilkan hormon testosteron dan sel kelamin jantan (sperma). Hormon testosteron berfungsi untuk menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar.

b. Saluran reproduksi
Saluran reproduksi pada pria terdiri atas:
1) Epididimis, merupakan tempat pendewasaan (pematangan) dan penyimpanan sperma. Epididimis berupa saluran yang berkelok-kelok yang terdapat di dalam skrotum.
2) Vas deferens (saluran sperma), merupakan kelanjutan dari saluran epididimis, berfungsi menyalurkan sperma ke uretra. Diantara saluran ini terdapat vesikula seminalis (kantong sperma), Alat ini berfungsi sebagai penampung sperma dari testis. Terletak diantara saluran vas deferens.
3) Uretra, kelanjutan dari vas deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma keluar dan merupakan saluran urine dari kandung kemih menuju ke luar.

c. Penis
Merupakan alat kelamin luar, berfungsi untuk alat kopulasi yaitu untuk memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi pada wanita.

d. Kelenjar yang terdapat pada pria
1) Kelenjar prostat, merupakan kelenjar penghasil semen terbesar, bersifat encer dan berwarna putih, berisi makanan untuk sperma.
2) Kelenjar bulbourethralis, kelenjar ini terdapat di sepanjang uretra, berfungsi mensekresi cairan lendir bening yang menetralkan cairan urine yang bersifat asam yang tertinggal pada uretra.

2. Sistem Reproduksi Wanita


a. Ovarium (indung telur)
Jumlahnya 1 pasang, terletak di dalam rongga perut, berfungsi untuk pembentukan ovum (sel telur) dan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar. Seorang wanita mampu memproduksi sel telur (ovum) setelah masa puber (remaja awal) sampai dewasa, yaitu sekitar umur 12 sampai 50 tahun. Setelah usia sekitar 50 tahun seorang wanita tidak produktif lagi yang ditandai dengan tidak mengalami menstruasi. Masa tersebut dinamakan menopause.

b. Tuba falopii atau oviduk
merupakan saluran telur, berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi (pembuahan). Pembuahan adalah peristiwa peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (sel telur).

c. Uterus (rahim)
berfungsi sebagai tempat perkembangan dan pertumbuhan janin. Di rahim terdapat serviks (mulut rahim). Serviks ada pada bagian terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis, dan licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai. Di rahim juga terdapat lapisan endometrium. Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.

d. Vagina
organ untuk kopulasi dan melahirkan.

3. Proses Reproduksi pada Manusia

Pembuahan didahului oleh peristiwa ovulasi, yaitu proses pembentukan sel telur (ovum) didalam ovarium. Sel telur yang terbentuk akan dilepas oleh ovarium dan menuju ke tuba falopii (oviduk). Di dalam tuba falopii ini jika sel telur bertemu dengan sperma maka akan terjadi peristiwa pembuahan, yakni proses peleburan gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (sel telur). Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot. Zigot yang terbentuk segera diselubungi oleh selaput, kemudian menuju ke rahim. Di dalam rahim zigot menanamkan diri pada dinding rahim yang telah menebal.
Zigot yang telah berada di rahim akan terus tumbuh dan berkembang menjadi embrio sampai dilahirkan. Masa embrio/masa kehamilan manusia sekitar 9 bulan 10 hari. Di dalam rahim embrio mendapat makanan dari tubuh induk melalui plasenta (ari-ari). Embrio dilindungi selaput pembungkus yang disebut amnion. Dinding amnion mengeluarkan getah berupa air ketuban yang berguna untuk menjaga embrio agar tetap basah dan menahan goncangan.

4. Siklus Menstruasi

Menstruasi disebut juga haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium), terjadi ketika embrio tidak terbentuk. Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Siklus ini terdiri atas 4 fase, yaitu:

1. Fase menstruasi
Fase menstruasi ini terjadi jika ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron. Turunnya kadar esterogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium yang disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi ini berlangsung kurang lebih 5 hari.

2. Fase pra-ovulasi
Fase pra-ovulasi disebut juga dengan fase poliferasi. Apa yang terjadi pada fase ini? Hormon pembebas gonadotropin yang dikeluarkan hipotalamus akan memacu hipofise untuk mengeluarkan FSH. Apa yang kamu ketahui tentang FSH? FSH singkatan dari folikel stimulating hormon. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel untuk mengeluarkan hormon esterogen. Adanya esterogen menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium.

3. Fase ovulasi
ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar esterogen menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH. LH singkatan dari luternizing hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan sel telur yang telah matang dari folikel di dalam ovarium, peristiwa ini disebut ovulasi.

4. Fase pasca ovulasi
Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan sel telur akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengeluarkan hormon progesteron dan masih mengeluarkan hormon esterogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja esterogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima pelekatan embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mengeluarkan hormon, sehingga kadar progesteron dan esterogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi. Demilkian seterusnya.

5. Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia

1. AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) menyebabkan turunnya kekebalan tubuh sehingga pengidap AIDS mudah sekali terserang penyakit yang berbahaya. AIDS disebabkan oleh virus, yang diberi nama HIV (Human Immuno Deficiency Virus), virus ini menyerang sel darah putih, dimana sel darah putih berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh. virus HIV dapat menular masuk ke tubuh orang lain melalui transfusi darah (donor darah seseorang yang terinfeksi HIV) atau melalui alat-alat yang menyebabkan luka, seperti jarum suntik, jarum infus, dapat juga melalui kontak seksual.

2. Gonorea
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini dapat ditularkan melalui kontak seksual. Penderita gonorea akan merasakan sakit pada saat mengeluarkan urin. kadang-kadang urine mengeluarkan nanah, jika penderita gonorea tidak diobati dapat merusak saluran reproduksi sehingga dapat mengakibatkan kemandulan.

3. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh sejenis bakteri Treponema pallidium, bakteri ini biasa ditularkan melalui kontak seksual atau jalan lain, misalnya bayi yang dilahirkan dari ibu penderita sifilis. Penyakit ini akan ditandai dengan adanya luka pada alat kelamin dan jika tidak segera diobati bakteri dapat merusak sel otak, melumpuhkan tulang atau merusak jantung dan pembuluh darah.

Bila Payudara "Meradang" Pada Masa Laktasi



    Radang payudara (mastitis) tidak jarang dijumpai pada wanita yang sedang menyusui. Tandanya, kulit payudara merah dan bengkak, teraba panas, serta payudara sakit 'bukan main'.
    Adanya mastitis biasanya menandakan gaya hidup
dan pola menyusui yang tidak benar, seperti
ketidakteraturan menyusui, sering memberikan susu
formula untuk menggantikan ASI, atau tidak memompa
payudara secara teratur. Selain itu, kelelahan dan
stres juga bisa menurunkan kekebalan tubuh si ibu
sehingga timbul radang.
    Agar mastitis tidak terjadi, faktor-faktor penyebab diatas harus diperbaiki.
Berikut ini tips mencegah dan mengatasi radang payudara (mastitis) :

CARA MENCEGAH RADANG PAYUDARA (MASTITIS) :
1. Keluarkan kelebihan ASI dengan segera. ASI yang tidak dikeluarkan akan
    menumpuk dan menimbulkan penyumbatan didalam payudara yang
    dapat berujung pada peradangan.
2. Susuilah bayi sesering mungkin dan jangan memperpanjang jarak antar
    tiap waktu menyusui.
3. Jika payudara sudah terasa penuh ASI, bujuklah bayi untuk menyusui.
    Anda tidak perlu menunggu hingga 'si kecil' merasa lapar.
 

CARA MENGATASI RADANG PAYUDARA (MASTITIS) :
1. Istirahat
    Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh
    anda kembali.

2. Kompres payudara
    Secara bergantian, kompreslah payudara anda dengan kompres hangat
    dan dingin. Kompres dingin bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri,
    sedangkan kompres panas bertujuan untuk membantu memerangi
    peradangan.

3. Pijat daerah yang sakit
    Pemijatan akan meningkatkan sirkulasi, mengurangi penyumbatan
    payudara serta membantu meningkatkan faktor imunitas di payudara.
    Pijatlah payudara anda sambil mandi air hangat atau berendam di air
    hangat.

4. Jangan berhenti menyusui
    Meskipun payudara meradang, berhenti menyusui dapat menyebabkan
    terjadinya infeksi kuman penyakit pada payudara yang dapat berlanjut
    menjadi abses payudara (payudara bernanah).

5. Susuilah lebih sering di payudara yang meradang
   
> Susuilah bayi pada payudara yang meradang sampai kosong, karena
       apabila ada yang tersisa akan lebih mudah terjadi infeksi lagi.
    > Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa
       karena bayi menolak menyusu, keluarkan ASI dengan tangan atau
       dipompa.
    > Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti
       ke payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.

6. Apabila bayi anda menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang
    Ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan
    kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya dapat berubah menjadi
    asin. Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini, tetapi ada bayi yang
    menolak untuk meminumnya.
    Apabila bayi menolak, mulailah menyusui dari payudara yang sehat,
    setelah itu dilanjutkan ke payudara yang meradang. 

7. Periksa ke dokter
    Apabila peradangan terus berlanjut, segeralah periksa ke dokter.  

FILOSOFI DAN DEFINISI BIDAN

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1994 dan tahun 1997 menunjukkan bahwa terdapat penurunan angka kematian ibu (AKI), dari 390 menjadi 334 per kelahiran hidup. Sebab utama kematian adalah perdarahan, infeksi, eklamsia, patus lama, dan komplikassi abortus.
Gambaran di atas menunjukkan bahawa penyebab-penyebab langsung kematian maternal tersebut sebagian besar dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan atau biasa dikenal dengan Antenatal Care (ANC). Pada asuhan kehamilan yang memadai, diharapkan dapat dideteksi lebih dini keadaan-keadaan yang mengandung risiko kehanilan dan/ atau persalinan, baik bagi ibu maupun janin.

Bidan, sebagai salah satu ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan khususnya kebidanan terhadap masyarakat , juga senantiasa berupaya untuk terus meningkatkan mutu pelayanannya dalam bentuk asuhan kebidanan.

FALSAFAH ASUHAN KEBIDANAN
Falasafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan (IBI, 2003).
Falsafah kebidanan tersebut adalah :
1.       Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun peraturan pemerintahan Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh ICM, FIGO, dan WHO.
2.       Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam beberapa peraturan maupun keputusan Menteri Kesehatan ditujukan dalam rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan, khususnya dalam bidang rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Perinatal (AKP), pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pelayanan Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
3.       Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan esuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mandapat informasi yang cukup, dan berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
4.       Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah proses fisiologi, dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medis.
5.       Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola secara tepat, bisa berubah menjadi abnormal.
6.       Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu setiap perempuan usia subur, ibu hamil, melahirkan, dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
7.       Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluargan yang membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
8.       Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan, dan pelayanan kesehatan.
9.       Intervensi kebidanan bersifat komprehensif, mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative yang ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat.
10.   Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara terpadu.
11.   Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian berlangsung sepanjang hidup manusia, perlu dikembangkan dan diupayakan untuk berbagai strata mesyarakat.



 



DEFINISI BIDAN
Kebidanan adalah suatu profesi yang diakui secara internasional dan memiliki praktisi diseluruh dunia. Definisi internasional berikut ini tentang bidan dan ruang lingkup praktiknya telah disetujui oleh International Confederation of Midwifes, International Federation Gynaecology and Obstetriks, dan World Health Organization.
Bidan adalah sseseorang yang telah secara teratur mengikuti suatu program pendidikan kebidanan yang diakui di Negara dimana program tersebut diselenggarakan, telah berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan kebidanan yang ditetapkan, dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan untuk bisa didaftarkan dan/ atau secara hokum memperoleh izin untuk melakukan praktik kebidanan.
Ia harus mampu melakukan pengawasan, perawatan, serta member saran yang diperlukn kepada perempuan selama masa hamil, bersalin, dan setelah melahirkan. Ia juga harus mampu memimpin persalinan sebagai bagian dari tanggung jawabnya dan merawat bayi baru lahir serta bayi berusia beberapa bulan. Perawatan ini meliputi tindakan preventif, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak, usaha memperoleh bantuan medis, dan pelaksanaan tindakan darurat pada saat pertolongan medis tidak ada. Bidan memiliki tugas penting member konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk keluarga dan komunitas. Pendidikan ini melibatkan pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan meluas mencakup area tertentu bidang ginekologi, keluarga berencana, dan perawatan anak. Ia dapat melakukan praktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, lingkungan tempat tinggal, atau layanan kesehatan (varney 2006).

Menurut IBI (2003), bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di dunia. Pengertian bidan dalam bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwifes (lCM) tahun 1972 dan International Federation of Gynaecology and Obstetriks (FIGO) tahun 1973, WHO, dan badan lainnya. Tahun 1990, ada pertemuan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut, yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Secara lengkap, pengertian bidan adalah:
A midwife is a person who, having been regularly admintted to a midwifery educational program fully recognized in the country in which it is located, has successfully completed the prescribe course of studies in midwifery and has acquired the requisite qualification to be registered and or legally licensed to practice midwifery.
She must be able to give neccesary supervision, care and advice to women during pregnancy, labor and postpartum, to conduct delivires on her own responsibility and to care for the newborn and the infant. This care includes preventive measures, the detection of abnormal condition in mother and child. The procurement of medical assistance, and the execution of emergency measures in the absence of medical help.
She has important task in counseling and education, not only for patient, but alsowithin the family and community.
Their work should involve antenatal education and preparation for parenthood and extend to certain areas of gynecology, family planning and child care. She may practice in hospitals, clinics, healt unit, domiciliary conditions or any other service.

Definisi bidan menurut WHO adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan bidan, diakui secara yuridis, ditempatkan dan mendapatkan kualifikasi serta terdaftar di sector dan memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan.
Definisi bidan menurut IBI adalah seorang perempuan yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah, dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktik. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi wewenang oleh pemerintah sesuai dengan wilayah pelayanan yang diberikan. Wewenang tersebut berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 900/menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan.

KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS REPRODUKSI



 POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2012 / 2013
    

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana Siklus Reproduksi Wanita
2.    Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan wanita
1.3  TUJUAN
1.    Mengetahui siklus kehidupan wanita
2.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan wanita




 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1          SIKLUS REPRODUKSI WANITA
1.    Konsepsi
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir.
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
2. Bayi dan anak
a. ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR, penyakit lain disemua usia dan kekerasan.
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll.

Asuhan yang diberikan
a). ASI Eksklusif
b). Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
c). Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d). Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
e). Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi

a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencagahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,  penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau), kekerasan gender, praktik tradisional berbahaya, perilaku seks tidak aman, kehamilan remaja, aborsi tidak aman, ISR/IMS/HIV/ AIDS.


 
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan hukum/sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan, kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga, konseling dll.
Asuhan apa yang diberikan
a) Gizi seimbang
b) Informasi tentang kesehatan reproduksi
c) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
d) Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e) Perkawinan pada usia yang wajar
f) Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
4.  Usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.

a.    Kehamilan dan persalinan yang aman
b.     Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c.     Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi (KB)
d.     Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e.     Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f.      Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g.     Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h.     Pencegahan dan manajemen infertilitas.
i.       Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan, pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan.
j.      Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen, konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.

Asuhan yang diberikan
a). Kehamilan dan persalinan yang aman
b). Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c). Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi ( KB )
d). Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e). Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f). Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
g). Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h). Pencegahan dan manajemen infertilitas.



5.    Usia Lanjut

Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.

a. Perhatian pada problem meno/andro-pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis.
c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi, kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS.
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.

Asuhan apa yang diberikan
1). Perhatian pada problem menopause
2.). Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis.
Berkurangnya hormone estrogen pada wanita menopause mungkin menyebabkan berbagai keluhan sebagai berikut :

a. Penyakit jantung koroner
b. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik ( HDL ) dan meningkatnya kadar kolesterol tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner.
c. Osteoporosis
d. Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
e. Gangguan mata
f. Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang.
g. Kepikunan ( demensia tipe Alzeimer ).
h. Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan.
3). Deteksi dini kanker rahim.

2.2          FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN WANITA
1.    Kemiskinan
Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini menghambat akses terhadap pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.

2. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat ditentukan oleh banyak hal, misalnya keadaan sosial ekonomi, budaya dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat di mana mereka menetap. Dewasa ini masih banyak ditemukan diskriminasi terhadap perempuan, antara lain:

a. Perempuan dinomor-duakan dalam segala aspek kehidupan, misalnya dalam pemberian makan sehari-hari, kesempatan memperoleh pendidikan, kerja dan kedudukan.
b. Perempuan seringkali terpaksa menikah pada usia muda, karena tekanan ekonomi atau orang tua mendorong untuk cepat menikah agar terlepas dari beban ekonomi.
c. Keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk kepantingan dirinya, misalnya dalam ber-KB, dalam memilih bidan sebagai penolong persalinan atau dalam mendapat pertolongan segera di RS ketika diperlukan, disamping kurangnya kesempatan mengendalikan penghasilan keluarga.
d. Tingkat pendidikan perempuan yang belum merata dan masih rendah menyebabkan informasi yang diterima tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas. Seperti diketahui, tingkat pendidikan yang meningkat dapat meningkatkan rasa percaya diri, wawasan dan kemauan untuk mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

3. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
a. Jarak ke fasilitas kesehatan yang cukup jauh dan sulit dicapai
b. Kurangnya informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan
c. Keterbatasan biaya
d. Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan

4. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain karena:
a. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
b. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
5. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional sehingga kesehatan anak perempuan dan perempuan semakin buruk

6. Akses untuk pelayanan kespro rendah karena:
a. Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai hak reproduksi masih rendah.
b. Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi
c. Diskriminasi sosial
d. Sikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan
e. Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kahidupan seksual pada reproduksi

7. Kurangnya penanganan kespro dan seksual pada laki-laki dan perempuan usia lanjut

8. Kebijakan dan program kesehatan masih belum mempertimbangkan perbedaan sosial, ekonomi dan perbedaan lainnya antara perempuan dan masih rendahnya kemandirian perempuan.





 

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
            Siklus Reproduksi Wania di mulai dari masa konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur dan usa lanjut. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan wanita terdiri dari 8 faktor.
3.2 SARAN
Untuk sarannya semoga dengan adanya makalah ini kelompok kami khususnya kelompok 1 bisa menjadi lebih kompak lagi dalam pembuatan, penyusunan, dan presentase untuk tugas atau makalah selanjutnya. Kerena tanpa adanya kekompakkan, maka tugas atau makalah tentang Anemia ini tidak dapat terselesaikan.





 

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. EGC;Jakarta; 1999.
 Mohamad, Kartono. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta; 1998.
 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Jakarta.